Langsung ke konten utama

Perempuan dan “Cekrek” itu wajar Kok....






Di setiap tempat selalu ada spot untuk berfoto.di mall, di restoran bahkan menyediakan satu lahan buat foto. Tempat wisatapun berlomba mempercantik tempatnya dengan spot foto.
Saat membuka sosial media hal yang pertama menarik untuk dilihat adalah postingan foto dari teman pengguna. Postingan foto itu dengan berbagai latar belakang


                                          (Ilustrasi Gambar : Google)

Kemaren teman saya memposting foto di social medianya, sebut saja Mawar. Mawar tampak berdiri didepan spanduk suatu kegiatan dengan menampilkan wajah yang tersenyum sumringah dengan bibir bergincu merah serta menggunakan blazer hitam dan rok span, tak lupa dibawah fotonya tampak caption kegiatan dari pagi tetap cantik donk.
Perempuan identik dengan kata cantik, kata putih. Oleh kaum adam Perempuan  di definisi sebagai sosok yang selalu ingin tampil sempurna. Sempurna dalam dandanan bahkan penampilan. Perempuan terkadang menghabiskan uang, bahkan sampai rela menahan sakit demi cantik. Perempuan juga rela mencoba beberapa baju sebelum keluar rumah untuk terlihat cantik.
Cantik identik dengan cermin! Pernyataan tersebut bisa dibenarkan dengan fakta bahwa perempuan selalu membawa tiga benda wajib yang harus ada didalam tas mereka, bedak, gincu dan cermin. Setiap waktu cermin tersebut akan di keluarkan dari tas dan di gunakan untuk sekedar melihat penampilan mereka atau untuk membenahi tampilan lipstik setelah makan, terkadang perempuan juga tidak segan kekamar mandi untuk membenahi dandanan.
Perempuan identik dengan bedak dan gincu, bedak di gunakan untuk membuat kulit wajah menjadi lebih fresh, gincu digunakan untuk memberikan warna pada bibir. Satu perempuan biasanya memiliki warna gincu yang lebih dari satu, saya sendiri memiliki empat warna gincu yang digunakan secara bergantian untuk menunjang penampilan agar terlihat cantik dan fresh. Dulu, sebelum boomingnya sosial media, seorang perempuan akan menampilkan dandanan yang cantik saat keluar rumah untuk ke pesta ataupun arisan.
Perkembangan teknologi membawa perubahan juga terhadap kebiasaan perempuan jaman now, saat ini benda wajib bagi perempuan tidak hanya bedak,gincu dan cermin tapi juga handphone dengan aplikasi kamera cantik. Aplikasi  kamera cantik di handphone memiliki berbagai macam jenisnya, yang terkenal adalah aplikasi camera 360 atau aplikasi lain sejenis lainnya. Aplikasi ini memperkuat potret diri perempuan. Bukan pemandangan asing diberbagai tempat, cafe, mall ataupun di pojok ruangan suatu seminar akan tersedia latar tempat untuk berfoto. Beberapa waktu lalu media sosial diramaikan dengan tagar kekinian, semua kalangan ramai memposting foto dengan menyertakan kata kekinian.
Artikel ini lebih fokus untuk melihat fenomena perempuan dan cekrek. Perempuan jaman now, remaja perempuan jaman now serta emak–emak jaman now dalam berbagai kesempatan selalu mengeluarkan foto untuk cekrek, selesai masak cekrek, nyoba baju dikamar pas juga cekrek, selesai berdandan cekrek, ngumpul dengan teman cekrek, mau ujian juga cekrek.
Apa sih penyebab seseorang selalu cekrek di berbagai momen? Sebelum menulis artikel ini, saya melakukan survey kecil dengan cara mengamati postingan foto yang di upload pengguna facebook dan instagram. Mungkin dibenak pembaca muncul pertanyaan kenapa harus facebook dan instagram yang di amati? Jawabannya karena Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2016 pengguna internet di Indonesia cenderung menggunakan sosial media facebook dan instagram. Pengguna facebook sekitar 71,6 juta atau sebesar 54% dari pengguna internet, dan aplikasi instagram menduduki peringkat kedua terbanyak penggunanya yaitu sebesar 11% atau sebanyak 19,9 juta.
Dari hasil pengamatan saya, di dua akun sosial media tersebut postingan foto yang di upload didominasi oleh pose perempuan dengan berbagai macam pose. Di berbagai kesempatan akan selalu ada moment cekrek, setelah itu akan dipilih untuk diposting di media sosial. Saya sendiri juga cukup sering mengupload foto diri dengan berbagai latar tempat. Semua itu bisa dikatakan sebagai upaya untuk memperlihatkan citra diri. Chaplin (2006) mengatakan citra diri merupakan gambaran diri yang merupakan bagian dari konsep diri yang digambarkan atau dibayangkan. Citra diri lebih tepat dibahasakan sebagai bentuk persepsi diri kita sendiri yang memiliki peranan penting untuk memberikan pengaruh dalam berpikir dan bertindak. Umumnya citra diri dimiliki seorang individu karena pengalaman masa lalu dan reaksi orang lain terhadap diri kira. Sejak kecil ibu kita, atau siapapun orangnya selalu memanggil bahkan memuji anak perempuan dengan sebutan cantik, kata-kata itulah yang akhirnya membentuk citra diri perempuan.
Burns (1993) memberikan pandangannya mengenai citra diri erat kaitannya dengan karakteristik fisik baik penampilan seseorang secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian maupun pemakaian kosmetik. Tidak heran, ketika melihat perempuan disela waktunya yang padat selalu menyempatkan diri untuk berdandan. Umumnya saat ini setelah berdandan sebagaian besar perempuan termasuk saya sendiri selalu berfoto atau istilahnya “cekrek”. Di berbagai momen selalu menyempatkan diri untuk cekrek, baik tampil sendiri maupun beramai-ramai.
Menurut saya fenomena perempuan dan “cekrek” itu merupakan tindakan yang wajar, disebut wajar karena pada dasarnya perempuan memiliki citra diri sebagai individu yang tampil sempurna. Saat ini citra diri perempuan jaman now di tunjang oleh penggunaan aplikasi kamera “cantik”. Penggunaan aplikasi ini memperkuat eksistensi mereka. Eksistensi diri di sini lebih mengarah pada keberadaan diri. Saat perempuan memposting hasil “cekrek”-nya di media sosial, saat itu juga dia ingin menunjukkan keberadaan dirinya. Jargon Corgito Ergo Sum “ketika saya berpikir ada, maka saya ada” dari Rene Descrates menjadi “ketika saya cekrek maka saya ada”. Kenapa begitu? Jawabannya karena saat kita memposting, otomatis wajah akan sering tampak di media sosial dan memperlihatkan akan eksistensi perempuan.
Perlu diingat, segala sesuatu yang berlebihan juga tidak baik, maka saat akan memposting foto di sosial media sebaiknya beretika atau dengan pose yang tidak mengandung unsur porno. Pesan terakhir pada tulisan ini tetap bijaklah dalam menggunakan sosial media.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Stress? Belanja aja... hmm

  "Aku kalau stress biasanya belanja"...  "Aku Galau, ya buka aplikasi oranye atau aplikasi item, Checkout di keranjang" "Hidup itu antara kerja dan checkout" Bukan kalimat asing kan,.. Hmm.. saya pun pernah mengalami ini. Ingat banget, waktu itu galau malah keluar kost, ke toko buku dan ambil-ambil buku pas bayar kaget donk hampir setengah juta hanya untuk konsumtif belanja menghilangkan galau.. Ya siy, galau hilang saat ambil-ambil barang eh tapi galau datang lagi saat pembayaran. Itu pengalaman pribadi... sekarang kalau galau larinya siy ke stok bahan makanan di kulkas, masak-masak.  Lain lagi cerita salah seorang kawan "ca, aku putus lagi, dan kamu tahu aku ke toko kosmetik beli make up banyak banget, pokoknya aku harus tampil lebih cantik" Nah... fenomena konsumtif saat stres ini dinamakan  Doom Spending. Doom spending adalah kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif sebagai respons terhadap kecemasan, stres, atau ketidakpastian akan mas...

Validasi rasa

 Rasanya masih sama ya..  ... Bingung dan Gak tahu harus apa? Respon pertama "Tuhan sedang bercanda lagi" Tapi, lebih dari itu... "Tuhan tidak sedang bercanda, karena ini seserius itu" Pernahkah membayangkan berada dalam satu tim bersama orang yang menginginkan posisimu, menginginkan jadi penggantimu bahkan menginginkan kamu mati?  Yups, saya berada dalam posisi itu,... Setelah 3 tahun berusaha bangkit, berusaha pulih dan masih proses pendampingan mental maupun spiritual hanya beberapa detik semua seakan memaksa menyeretku kembali pada masa gelap.. Saya tertawa kencang banget, kayak kok lucu siy.... Orang ini menghilang setelah membuat huru hara dan Tuhan dengan entengnya memberikan satu momen kami harus bersama hahahhahah... Kayak, begitu banyak kemungkinan yang ada, tapi kok kemungkinan ini yang tercipta... kenapa probabilitasnya besar banget hahahha.. Akhirnya pecah tangisku, setelah saya tidak tahu harus merespon bagaimana... masih jelas mengingat dengan detail ...