Bukannya tidak empati... bukannya cuek tapi saat ini saya mungkin juga kamu mengalami kelelahan bermedia sosial. Social Media Fatigue.
hampir setiap hari, informasi yang kita terima benar-benar diluar nurul. Ocehan pejabat yang awalnya benar lalu dipelintir menggunakan AI menjadi disinformasi. Sayangnya, walaupun sudah mengetahui itu disinforamsi, masyarakat masih banyak yang percaya ataupun memberikan opini yang seakan membenarkan statement dipelintir itu.
Tidak hanya itu, ocehan anggota dewan yang konon mereka wakil rakyat (entah rakyat yang mana...) juga ikut memperkeruh suasana dengan celotehan yang menantang...
ah sayang kenapa mereka tidak bisa berbicara dengan kepala dingin.
Akhirnya rakyat marah, demo dan entah siapa yang memulai akhirnya terjadi rakyat melawan rakyat. Aparat keamanan juga rakyat, tentu saja sama dengan kita. Lalu dimana pejabat atau wakil rakyat apakah masih asik bergoyang?
Gaes... terlepas itu semua, saat ini bisa jadi kita mengalami social media fatigue..
Apa siy Social Media Fatigue?
SMF kondisi psikologis berupa kelelahan fisik, emosional, dan kognitif yang dialami individu akibat penggunaan media sosial yang berlebihan atau intensif.
Fenomena ini muncul ketika individu merasa terbebani oleh informasi berlimpah (information overload), tuntutan interaksi sosial, dan tekanan untuk selalu terhubung (connectedness pressure).
Intinya: kita merasa capek, jenuh, dan kewalahan karena media sosial, sehingga memunculkan keinginan untuk mengurangi, menghindari, bahkan berhenti menggunakan media sosial.
Semalam, kita menyaksikan video terlindasnya seorang anak muda yang sedang bekerja. Andai dia bisa memilih mungkin lebih memilih diam dirumah dalam hangatnya interaksi keluarga.
Tidak hanya itu, bukan hanya dilinimasa media sosial bahkan grup whatsapp hampir semua membahas mengenai itu.
Jujur bukan tidak berempati tapi lelah banget dengan informasi yang kita terima. Saya termasuk pengguna media sosial yang tidak mencari informasi apapun, algoritma media yang menyuguhkannya. Tapi saya juga lelah terpapar informasi yang menguras emosi.
Setiap kali membuka story whatsaap, story IG hampir semua membahas itu.
Narasi kebencian, narasi duka dan narasi amarah semua ada.. Namun kembali, kita harus ingat situasi seperrti ini sangat rawan disusupin orang tidak jelas.. Saat ini, bisa ajdi amarah kita, proses berpikir kita sedang dalam mode 1 menggunakan intuisi, sangat rawan disusupi narasi negatif.
Beri jeda setiap kali menerima informasi. Jangan biarkan emosi kita mendahului.
Pasti kita lelah dengan informasi duka ini, amarah kita juga mudah tersulut. tapi jangan biarkan kita kita terbawa arus.
Tidak salahnya kita detox media sosial... mengurangi interaksi dengan media sosial, mengurangi konsumsi informasi pasif.
Komentar
Posting Komentar