Langsung ke konten utama

Tuli dan Literasi Media

 Penulis: Cahya Suryani

Editor: Vinanda
Reviewer: Heni Mulyati

Perkembangan Era Digital
Saat ini kita berada dalam era digital ketika hampir semua kegiatan dilakukan menggunakan media digital. Perubahan aktivitas masyarakat ini mengalami peralihan dari media konvensional ke media baru. Data terbaru dari Hootsuite Januari 2023 pengguna internet di Indonesia sebanyak 212,9 juta dan mengalami peningkatan sebesar 10 juta dari data tahun 2022. Dari data tersebut dapat diartikan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia yang mengakses internet dan secara tidak langsung aktivitas dalam menggunakan internet ini dapat memengaruhi pola kehidupan masyarakat itu sendiri. Sehingga dibutuhkan keterampilan literasi media untuk semua individu tanpa kecuali.


Perkembangan teknologi dan media yang semakin pesat secara tidak langsung turut memberikan tantangan bagi masyarakat, termasuk Tuli. Tuli termasuk kelompok masyarakat yang sudah memanfaatkan perkembangan teknologi digital. Misalnya penggunaan aplikasi yang mengubah suara menjadi tulisan atau influencer Tuli yang membuat konten.


Masifnya penggunaan media digital bagi Tuli juga memberikan kerentanan, yakni terpaparnya hoaks atau menjadi korban penipuan digital. Dengan demikian Tuli perlu dibekali dengan kemampuan mengakses, mencari, memproduksi informasi, dan menafsirkan konten media.

Literasi Media bagi Tuli
Literasi media di sini tidak hanya berupa baca tulis, namun juga kemampuan membuat konten dan menggunakan memilah informasi yang termasuk hoaks atau fakta. Sejak tahun 2021 Mafindo sudah memulai pengembangan kurikulum panduan literasi media. Kurikulum ini berisikan panduan untuk narasumber dan fasilitator terkait literasi media. Pada awalnya kurikulum ini dibuat untuk kalangan jurnalis dan masyarakat umum, namun seiring perjalanan waktu kurikulum literasi media bagi Tuli juga mulai dikembangkan.


Salah satu alasan pengembangan kurikulum adalah saat pandemi Covid-19 terjadi di Indonesia semua sektor mengalami perubahan dan semua masyarakat dituntut untuk melakukan adaptasi secara cepat. Perubahan ini memberikan efek pada semua aspek kehidupan. Sebelum pandemi Covid-19, masih sangat jarang kegiatan atau workshop yang menghadirkan Juru Bahasa Isyarat (JBI). Namun karena terjadi adaptasi maka semakin banyak webinar yang menggunakan JBI.


Mengutip Ketua Pusat Bahasa Isyarat Indonesia (Pusbisindo) Laura Lesmana Wijaya mengatakan bahwa Tuli belum mendapatkan akses informasi yang cukup. Namun sejak pandemi Covid-19, pemerintah mulai menyadari perlunya pemenuhan informasi untuk Tuli. Dan menurut Laura kendala yang dihadapi oleh orang dengar dan Tuli itu sama, yang membedakan hanya pada masalah pemberian akses komunikasi itu sendiri. Dalam artian bahwa Tuli membutuhkan akses informasi sama seperti orang dengar dan pemanfaatan teknologi media yang sama.


Tuli mengalami kesulitan dalam mengakses teknologi karena minimnya teks dalam proses penggunaan teknologi. Misalnya saat pandemi Covid-19, komunikasi yang biasanya terjadi secara tatap muka berubah melalui perantara teknologi seperti Zoom ataupun Google Meet. Kedua teknologi tersebut dirasa belum ramah bagi Tuli sehingga dibutuhkan JBI untuk membantu proses komunikasi dan interaksi yang terjadi.


Buku panduan literasi media bagi Tuli yang dikembangkan oleh Mafindo menjadi salah satu bentuk bahwa literasi media bersifat inklusif. Semua individu berhak memiliki kemampuan literasi media yang baik. Buku panduan ini disusun melalui berbagai tahapan hingga menjadi satu buku panduan yang utuh. Proses penyusunannya melalui beberapa kali FGD (focus group discussion) dengan melibatkan berbagai pihak seperti SIGAB, relawan Mafindo, Pusbisindo, aktivis Tuli, PerDIK, Gerkatin, akademisi, dan relawan Tuli.


Tantangan dalam penyusunan buku tersebut adalah penyederhanaan kalimat dan penggunaan istilah. Karena tidak semua materi yang telah disusun bisa dengan mudah dipahami Tuli. Selain itu, buku panduan ini mengalami penyesuaian dari segi durasi dan tema yang dipadatkan. Tema yang pertama membahas mengenai literasi media dan kerja jurnalistik, tema kedua mengenai periksa fakta, tema ketiga etis bermedia dan evaluasi konten, dan tema keempat mengenai pembuatan konten positif.


Tim kurikulum Mafindo tidak hanya menyusun buku panduan tapi juga membuat video yang berisikan penjelasan materi. Video pengantar telah dilengkapi dengan JBI untuk memudahkan peserta Tuli mengikuti materi pelatihan.


Buku Panduan Literasi Media bagi Tuli ini merupakan sebuah langkah kecil dan langkah awal bagi Mafindo untuk turut mewujudkan ekosistem informasi sehat bagi semua, termasuk bagi Tuli. Mengutip Koordinator Kurikulum Program Media dan Presidium Komite Edukasi Mafindo Heni Mulyati menyatakan buku ini merupakan langkah awal mewujudkan literasi media yang inklusif dan harapannya akan ada kurikulum-kurikulum untuk teman-teman difabel lainnya.***


Telah tayang di https://www.mafindo.or.id/2023/06/19/tuli-dan-literasi-media/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review The Alpha Girls Guide

 The Alpha Girls Guide Buku yang ditulis oleh om piring @hmanampiring . Diterbitkan oleh @gagasmedia (sudah 14 kali cetak)  Om piring menulis buku ini sebagai respon atas pertanyaan "cewek itu harus berpendidikan tinggi nggak sih? Ujung-ujungnya di dapur juga, kasih alasan kuat dong kenapa cewek harus berpendidikan tinggi? "  Pertanyaan pematik ini, pertanyaan yang komplek dan sering banget muncul, nah im piring menjawab pertanyaan ini dengan elegan berdasarkan pengamatan dan juga riset.  Buku ini terdiri dari 9 bagian yang di awali dengan bagian apa itu alpha female hingga your alpha female.  Saya tertarik beberapa kalimat dalam buku ini  1. Status alpha adalah status di dalam sebuah kelompok, artinya bergantung pada pengakuan anggota kelompok lain (tidak melabeli diri sendiri)  2. Miss independent belum tentu alpha female, tapi alpha female sudah pasti miss independent (ada bbrp prinsip penting dlm diri alpha female)  3. Alpha girls melihat pend...

Stress? Belanja aja... hmm

  "Aku kalau stress biasanya belanja"...  "Aku Galau, ya buka aplikasi oranye atau aplikasi item, Checkout di keranjang" "Hidup itu antara kerja dan checkout" Bukan kalimat asing kan,.. Hmm.. saya pun pernah mengalami ini. Ingat banget, waktu itu galau malah keluar kost, ke toko buku dan ambil-ambil buku pas bayar kaget donk hampir setengah juta hanya untuk konsumtif belanja menghilangkan galau.. Ya siy, galau hilang saat ambil-ambil barang eh tapi galau datang lagi saat pembayaran. Itu pengalaman pribadi... sekarang kalau galau larinya siy ke stok bahan makanan di kulkas, masak-masak.  Lain lagi cerita salah seorang kawan "ca, aku putus lagi, dan kamu tahu aku ke toko kosmetik beli make up banyak banget, pokoknya aku harus tampil lebih cantik" Nah... fenomena konsumtif saat stres ini dinamakan  Doom Spending. Doom spending adalah kebiasaan menghabiskan uang secara impulsif sebagai respons terhadap kecemasan, stres, atau ketidakpastian akan mas...

Validasi rasa

 Rasanya masih sama ya..  ... Bingung dan Gak tahu harus apa? Respon pertama "Tuhan sedang bercanda lagi" Tapi, lebih dari itu... "Tuhan tidak sedang bercanda, karena ini seserius itu" Pernahkah membayangkan berada dalam satu tim bersama orang yang menginginkan posisimu, menginginkan jadi penggantimu bahkan menginginkan kamu mati?  Yups, saya berada dalam posisi itu,... Setelah 3 tahun berusaha bangkit, berusaha pulih dan masih proses pendampingan mental maupun spiritual hanya beberapa detik semua seakan memaksa menyeretku kembali pada masa gelap.. Saya tertawa kencang banget, kayak kok lucu siy.... Orang ini menghilang setelah membuat huru hara dan Tuhan dengan entengnya memberikan satu momen kami harus bersama hahahhahah... Kayak, begitu banyak kemungkinan yang ada, tapi kok kemungkinan ini yang tercipta... kenapa probabilitasnya besar banget hahahha.. Akhirnya pecah tangisku, setelah saya tidak tahu harus merespon bagaimana... masih jelas mengingat dengan detail ...